Destination Branding Model
Kaplinadou and Vogt mengidentifikasi sebuah destination branding model untuk membuat dan mengelola nilai dari tempat tersebut di perspektif wisatawan. Hal ini menggabungkan beberapa komponen yang dapat membentuk konsep brand destinasi.
Model yang dibuat Cai (2002) menganggap destinasi branding sebagai proses rekursif yang berputar sekitar poros tengah yang dibentuk oleh brand element mix , brand identity – inti dari model tersebut – dan brand image building. Proses dalam model tersebut dimulai dari pemilihan satu atau lebih elemen brand secara hati-hati yang berfungsi sebagai trademarkable devices. Faktor-faktor ini dengan jelas mengidentifikasi destinasi dan mulai formasi dari kuat dan konsisten brand asosiasi yang merefleksikan attribut, afektif, dan kepribadian komponen dari citra. Ini membuat hal tersebut mampu untuk menilai celah antara apa yang diterima dan apa yang disampaikan.
Fase terpenting dari destinasi branding proses adalah berdasarkan untuk menentukan dan mengkomunikasikan pada wisatawan nilai dari suatu brand tempat utama. Untuk mencapai tujuan itu, tahap pertama dari strategi branding adalah definisi brand identitas destinasi, mengidentifikasi elemen utama (Keller, 2003; Kapferer, 2004). Selain itu, untuk mengatur secara strategis value proposition dari suatu tempat sangat diperlukan untuk menganalisis dan mengukut brand knowledge destinasi yang dipersepsikan kepada wisatawan; Hal ini terkair kepada representasi kognitif suatu brand destinasi.
Berdasarkan dari pernyataan ini, proposal destination branding model Risitano (2005) merepresentasikan secara mendalam dua macam brand equity, menganalisis: 1. Brand Identity, melalui elemen brand equity yang dinyatakan oleh DMO (pembuat kebijakan, development agency, dll) 2. Brand Knowledge, melalui komponen brand equity yang dirasakan oleh konsumen.
Model yang dibuat Cai (2002) menganggap destinasi branding sebagai proses rekursif yang berputar sekitar poros tengah yang dibentuk oleh brand element mix , brand identity – inti dari model tersebut – dan brand image building. Proses dalam model tersebut dimulai dari pemilihan satu atau lebih elemen brand secara hati-hati yang berfungsi sebagai trademarkable devices. Faktor-faktor ini dengan jelas mengidentifikasi destinasi dan mulai formasi dari kuat dan konsisten brand asosiasi yang merefleksikan attribut, afektif, dan kepribadian komponen dari citra. Ini membuat hal tersebut mampu untuk menilai celah antara apa yang diterima dan apa yang disampaikan.
Fase terpenting dari destinasi branding proses adalah berdasarkan untuk menentukan dan mengkomunikasikan pada wisatawan nilai dari suatu brand tempat utama. Untuk mencapai tujuan itu, tahap pertama dari strategi branding adalah definisi brand identitas destinasi, mengidentifikasi elemen utama (Keller, 2003; Kapferer, 2004). Selain itu, untuk mengatur secara strategis value proposition dari suatu tempat sangat diperlukan untuk menganalisis dan mengukut brand knowledge destinasi yang dipersepsikan kepada wisatawan; Hal ini terkair kepada representasi kognitif suatu brand destinasi.
Berdasarkan dari pernyataan ini, proposal destination branding model Risitano (2005) merepresentasikan secara mendalam dua macam brand equity, menganalisis: 1. Brand Identity, melalui elemen brand equity yang dinyatakan oleh DMO (pembuat kebijakan, development agency, dll) 2. Brand Knowledge, melalui komponen brand equity yang dirasakan oleh konsumen.